Membantu Gaza dan Catatan Kritis untuk Prabowo

Istimewa

Membantu Gaza – Darah terus mengalir di Gaza. Setiap hari, tubuh anak-anak tak berdosa ditemukan di antara puing-puing bangunan yang dibom. Jeritan para ibu kehilangan buah hatinya menggema, tapi dunia seolah menutup mata. Rakyat Palestina tidak butuh belas kasihan yang di bungkus pidato diplomatis. Mereka butuh tindakan nyata, pengaruh politik, tekanan internasional, dan dukungan logistik yang konkret. Bantuan kemanusiaan bukan sekadar kiriman mie instan dan selimut—ini soal nyawa yang di pertaruhkan setiap detik.

Gaza bukan panggung sandiwara kemanusiaan. Ini adalah ladang pembantaian massal yang di bungkam oleh retorika palsu dan selebrasi media sosial. Di tengah situasi genting itu slot bet 200 perak, Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia memiliki kewajiban moral dan politik untuk bersuara lebih lantang dan bertindak lebih tegas. Namun, apakah pemerintah sudah benar-benar hadir secara konkret? Atau hanya sekadar bermain cantik di arena diplomasi?

Prabowo dan Diplomasi: Bicara Lantang, Tapi Tak Menyentuh Inti Masalah

Sebagai Menteri Pertahanan yang kini bersiap naik ke kursi Presiden, Prabowo Subianto kerap tampil di forum internasional dan menyuarakan keprihatinan terhadap Palestina. Tapi mari jujur: apakah itu cukup? Kata-kata kuat yang terlontar di konferensi tidak akan menghentikan bom Israel yang menghujani Gaza setiap hari. Rakyat Indonesia menuntut lebih dari sekadar pernyataan politik. Di mana lobi internasional kita? Di mana tekanan kepada negara-negara pendukung agresor?

Prabowo punya posisi strategis. Dia bukan sekadar penonton dalam drama geopolitik ini. Tapi, mengapa langkah konkret seperti pemutusan kerja sama militer dengan negara pendukung Israel belum terdengar? Mengapa tidak ada langkah simbolik yang lebih berani seperti pemanggilan duta besar atau langkah di plomatik ekstrem untuk menunjukkan keberpihakan pada kemanusiaan slot depo 10k?

Solidaritas Tanpa Tekanan adalah Kosong

Saat rakyat Indonesia berbondong-bondong turun ke jalan, menggalang dana, mengirimkan bantuan kemanusiaan—langkah itu luar biasa. Tapi di level negara, solidaritas seharusnya lebih dari sekadar karpet merah untuk simpati. Harus ada tekanan di plomatik, aksi politik, dan gebrakan yang membuat dunia memperhitungkan posisi Indonesia.

Baca juga artikel kami yang lainnya: https://hennessyservice.com/

Jika Prabowo ingin menunjukkan bahwa dia layak memimpin negeri ini, maka Gaza adalah ujian nyata. Bukan hanya soal politik luar negeri, tapi soal keberanian untuk membela keadilan global. Jangan sampai rakyat bergerak lebih cepat dari negara. Karena saat pemimpin hanya bersuara tanpa bertindak, sejatinya mereka sudah absen dari nurani bangsanya sendiri.